Text
The Blind Watchmaker : si pembuat arloji yang buta
Entah mengapa, Darwinisme tampaknya lebih membutuhkan advokasi dibanding kebenaran yang sama kukuhnya di cabang-cabang sains yang lain. Banyak dari kita yang tidak mafhum teori kuantum, atau teori relativitas khusus dan umum Einstein, tapi hal ini tidak semerta membuat kita menentang teori-teori ini! Tidak seperti Einsteinisme. Hampir seolah-olah otak manusia itu dirancang khusus untuk salah memahami Darwinisme, dan sulit meyakininya.
Mayoritas besar orang yang menyerang Darwinisme sangat bernafsu untuk lekas sampai ke kesimpulan keliru bahwa teori ini isinya cuma mengenai kebetulan acak. Karena kompleksitas makhluk hidup merupakan antitesis dari kebetulan, kalau Anda berpikir Darwinisme itu sepadan dengan kebetulan, anda dapat membantah Darwinisme dengan enteng! Salah satu tugas buku ini adalah menghancurkan mitos yang kuat diyakini: bahwa Darwinisme adalah teori kebetulan.
Faktor lain penyebab otak kita cenderung menolak Darwinisme muncul dari keberhasilan kita sebagai perancang kreatif. Dunia kita didominasi pencapaian-pencapaian teknik dan karya seni. Kita amat terbiasa berpikir bahwa keelokan yang rumit adalah tanda adanya rancangan terencana dan terampil. Mungkin inilah alasan terkuat bagi keyakinan, yang diamini oleh mayoritas besar orang yang pernah hidup, pada sesosok ilah adikodrati. Butuh lompatan imajinasi yang amat jauh bagi Darwin dan Wallace untuk melihat bahwa, bertentangan dengan segenap intuisi, ada cara lain dan, begitu Anda memahaminya, cara yang jauh lebih masuk akal, bahwa rancangan kompleks dapat timbul dari kesederhanaan yang purba. Lompatan imajinasi itu begitu jauh sehingga, sampai hari ini, banyak orang tampaknya masih enggan melakukannya. Tujuan utama buku ini adalah membantu pembaca untuk melompat sejauh itu.
21127832 | 576.8 DAW t c.1 | Perpustakaan Pusat ITERA (Rak Klas 500) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain