Text
Reformasi Perkotaan: Mencegah Wilayah Urban Menjadi Human Zoo
Buku dengan judul Reformasi Perkotaan: Mencegah Wilayah Urban Menjadi "Human Zoo yang ditulis Eko Budihardjo ini cukup menarik. Isu yang diungkapkan sangat relevan dengan potret buram di hampir semua kota di dunia termasuk di Indonesia. Beragam masalah perkotaan diungkapkan penulis secara lugas di buku yang sebenarnya merupakan kumpulan artikelartikelnya di Harian Kompas dalam kurun 1998-2014.
Di dalam buku ini, Guru Besar Arsitektur dan Perkotaan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu mengingatkan semua pihak kepada masalah laten perkotaan yakni perencanaan kota yang disusun tanpa visi yang jelas. Akibatnya pembangunan kota lantas bersifat sporadis, ibarat loncatan katak. Siapa yang sudah siap dengan dana, langsung saja membangun tanpa mesti mengacu pada rencana umum tata ruang, rencana detail maupun rencana teknis yang sudah dibuat pemerintah kota.
Model-model perencanaan kota yang lazim disebut dengan ad hoc planning atau incremental planning semacam ini sangat berbahaya bagi masa depan kota-kota kita. Penulis bahkan mengkhawatirkan jangan-jangan city tomorrow di Indonesia suatu saat nanti benar-benar akan menjadi city of sorrow, kota yang justru menyengsarakan anak cucu kita.
Bayangkan, bahkan ada yang sampai tega mengatakan bahwa kota-kota besar di Indonesia saat ini lebih mirip human zoo, dibandingkan kota yang berfungsi sebagai magnet harapan kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan bagi warganya.
Rektor Undip periode 1998-2006 juga menyoroti kecenderungan anomali pada kota-kota di Asia Tenggara termasuk di Indonesia yang tampak kian modern, namun semakin memperlebar jurang kesenjangan, menyuburkan individualisme, meretakkan kohesi sosial, meningkatkan environmental stress, memperparah pencemaran air, tanah dan udara, memboroskan energi dan menumbuhkan bibit kriminalitas. Kota pun menjadi tempat yang tidak nyaman untuk dihuni.
Guna mencegah metropolis di Indonesia menjadi miseropolis, di buku ini Eko Budihardjo mengajak legislatif, eksekutif, pelaku usaha, ilmuwan, budayawan, ulama dan segenap masyarakat untuk bertekad mengubah keadaan ini menjadi lebih baik. Semua pihak harus bertekad kuat untuk mengembalikan senyuman dan kebanggaan warga terhadap kotanya.
Sebaliknya, bila kita semua tidak mewaspadai kecenderungan pertumbuhan dan bentuk penataan kota, maka menurut penulis, besar kemungkinan kota kita akan lebih dekat dengan kematian.
Buku ini ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami semua kalangan, sehingga cocok dibaca para kepala daerah yang tidak memiliki latar belakang atau pengalaman di bidang manajemen perkotaan. Juga perlu dibaca oleh para penentu kebijakan perkotaan, wakil rakyat, arsitek, planolog, serta dosen dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu.
20150647 | 711 BUD r c.2 | Perpustakaan Pusat ITERA (Rak kelas 700) | Tersedia |
20150648 | 711 BUD r c.3 | Perpustakaan Pusat ITERA (Rak kelas 700) | Tersedia |
20150646 | 711 BUD r c.1 | Perpustakaan Pusat ITERA (Rak kelas 700) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain