Text
Tujuh Hari di Vila Mencekam
Yudha
Hawa pegunungan yang asri dan segar ini memang baik untuk kesehatan paru-parunya. Hanya saja, pada malam hari, tempat ini terasa terlalu menyeramkan baginya.
Elisa
Setahun yang lalu, kakak yang sangat disayanginya menghilang tanpa kabar. Satu-satunya petunjuk yang ia punya adalah lokasi terakhir keberadaannya; sebuah telaga misterius, tempat Elisa mencarinya sekarang.
Dewa
Setelah kecelakaan itu, Dewa merasa terikat pada Elisa. Ia merasa bertanggung jawab atas bisikan-bisikan jahat… Bisikan yang ingin mencelakai mereka.
Ketiganya bertemu di Vila Andaru. Tempat yang membawa mereka pada petaka yang lebih besar lagi….
……………………….
Novel ini memang berkisah tentang ketiga tokoh tersebut. Yudha —seorang remaja yang menderita penyakit paru-paru, dikirim oleh kedua orangtuanya untuk beristirahat di vila keluarganya di daerah pegunungan. Ia perlu berada di sana untuk menyehatkan paru-parunya.
Kemudian Elisa dan Dewa —pasangan kekasih yang juga masih remaja, pergi ke daerah pegunungan itu juga. Mereka berdua mengemban misi mencari keberadaan kakak Elisa yang menghilang tanpa diketahui rimbanya. Nah, keduanya sama-sama memiliki “kelebihan”, yakni mampu melihat makhluk yang tak kasat mata.
Yudha sebelumnya tidak mengenal Elisa dan Dewa. Mereka berkenalan secara tidak sengaja dalam suatu peristiwa. Sejak perkenalan itu, Yudha jadi bisa melihat makhluk gaib juga.
Menarik sekali mengikuti cerita bagaimana ketiga tokoh bisa bertemu dan kemudian membentuk rangkaian kisah yang seru. Alur ceritanya halus dan logis. Semua bagian saling berkaitan. Rasa-rasanya tidak ada bagian yang dibuat sekadar untuk menambah-nambah jumlah halaman. Jadi ceritanya cukup padat dan tidak bertele-tele.
Selain itu, jalan ceritanya sungguh tidak terduga. Ada banyak twist di sana. Dan di bagian akhir, terungkap banyak hal yang sangat mencengangkan yang sebelumnya tidak saya duga sama sekali.
Saat membaca buku ini, berbagai makhluk seram dan tempat-tempat mencekam bisa terbayang dengan jelas di kepala saya. Sang penulis lihai dalam mendeskripsikan peristiwa horor dan makhluk yang menyeramkan. Jadi, saran saya, jangan baca buku ini malam-malam.
Saya belajar banyak dari novel ringan ini. Mulai dari gaya bahasa, deskripsi horor, alur, hingga tempo cerita. Kebetulan saya berencana untuk menulis buku horor juga. Tapi entah besok bisa menulis sebagus buku ini atau tidak.
20033049 | 813 PLO t c.1 | Perpustakaan Pusat ITERA (Rak Referensi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain