Text
Improving GIS-Based Wildlife-Habitat Analysis
Sistem Informasi Geografis (GIS) menyediakan alat yang ampuh untuk menyelidiki hubungan spesies-habitat dan pengembangan program pengelolaan dan konservasi satwa liar. Namun, kemudahan relatif dari manipulasi dan analisis data menggunakan GIS, paket metrik lanskap terkait, dan uji statistik canggih terkadang dapat menyebabkan peneliti mengabaikan hubungan fungsional habitat spesies yang penting. Selain itu, asumsi yang mendasari desain atau teknologi studi mungkin memiliki konsekuensi yang tidak dikenali. Volume ini membahas bagaimana pilihan peneliti awal dari resolusi gambar, skala analisis, respon dan variabel penjelas, dan lokasi dan area sampel dapat mempengaruhi hasil analisis, interpretasi, kemampuan prediksi, dan resep manajemen yang diturunkan dari studi. Secara keseluruhan, sebagian besar studi di bidang ini menggunakan citra resolusi relatif rendah yang tidak memungkinkan identifikasi atau klasifikasi akurat dari komponen habitat. Selain itu, metrik lanskap yang biasanya digunakan tidak secara memadai mengukur pengaturan spasial komponen yang terkait dengan pendudukan spesies. Untuk mengatasi masalah terakhir ini, penulis memperkenalkan dua metrik lanskap baru yang mengukur ukuran dan lokasi fungsional dalam lanskap tipe habitat 'padat' dan 'tepi' takson-spesifik. Keller dan Smith menyimpulkan bahwa peneliti yang melakukan analisis berbasis GIS tentang hubungan spesies-habitat harus lebih hati-hati 1) mencocokkan resolusi citra penginderaan jauh dengan skala hubungan fungsional habitat takson fokus, 2) mengidentifikasi atribut (variabel penjelas) habitat arsitektur, ukuran, konfigurasi, kualitas, dan konteks yang mencerminkan cara takson fokus menggunakan subset lanskap yang ditempati, dan 3) mencocokkan lokasi dan skala sampel habitat, baik berbasis SIG atau darat, dengan spesies yang sesuai. lokasi deteksi dan skala penggunaan habitat.
19090086 | 570.2 KEL i c.1 | Perpustakaan Pusat ITERA (Rak kelas 500) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain